Monday 17 June 2013

Stop and Think

Why you should go when you have a time to think? 

Haloo.

Oke pertama-tama, maaf. Maaf banget untuk keterlambatan saya untuk menulis lagi. Emang agak susah ngatur pembagian waktu akhir-akhir ini. Tapi MASIH BISAA! HAHAHA *ketawamiris*

Hari ini saya mau berbagi pikiran aja nih, folks. Diusahain ga curhat deh, hihi. Anggep aja, ini edisi motivasi ato anggep aja saya baru kejeduk pintu. Makasih.

Apa sih yang sebenernya kita lakuin kalau lagi sedih? jatoh? jatoh cinta terus patah hati? terus mau gantung diri di pohon toge? ngga, ini bukan curhat.

Banyak orang yang akan menyarankan kita, "Ayo jangan sedih, maju terus ya" atau "Jangan diinget lagi, masa depan masih panjang, maju aja" atau lagi "Mati ajalah bro" yang ini entah kenapalah, tapi pernah ada, serius.

Kalau dari pengalaman, bukan curhat, saya sering bingung waktu disuruh maju. Mau maju gimana, hati lagi serasa remek hancur gini. Masalah bergelimpangan dimana-mana, air mata berbanding lurus dengan banyaknya masalah. Semakin banyak masalah, air mata juga semakin deras.

Ya terus, gimana?

Ada seseorang, yang pernah menyuruh saya berhenti dan berpikir sejenak. Saat emosi dan malah disuruh mengingat kenapa-bagaimana-kronologis terjadinya emosi itu. Saya langsung menolak mentah-mentah tawaran itu. Siapa juga yang mau inget-inget hal yang buat sakit hati, buat sedih, terus laper dan makan terus? (?)

Tapi saya yang sudah putus asa, bingung mau berbuat apa, akhirnya mencoba.

Berhenti dan berpikir.

Mudah memang sebenarnya untuk berhenti sejenak. Tapi untuk berpikir? Ini tantangan yang cukup sulit. However, manusia itu ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan fitur berpikir, jadi otomatis, manusia pasti bisa. Kita manusia, kan?

Maksud berpikir di sini adalah untuk mengolah semua emosi-emosi itu menjadi hal yang positif, dengan cara evaluasi pada diri sendiri, bercermin. Iya, bercermin. Lihat semua kesalahan dan kekurangan yang ada pada diri kita. Lihat betapa kita ini manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, imperfect.

Coba dipikirkan dan direfleksikan, ketika kita marah, kesal, dan benci pada orang lain karena kesalahannya, pernahkah kita berpikir 'bagaimana saya ketika ada di posisi itu?', 'apakah saya bisa lebih baik?', 'apakah saya yang terbaik?', 'apakah saya bisa seperti dia?'. 'apa yang menyebabkan dia begitu?', 'apa dia sedang kesulitan?'. Begitu banyak pertanyaan yang tidak terjawab dalam emosi. Ketika kita meninggalkan emosi tanpa memikirkannya, pertanyaan ini akan tinggal sebagai luka menganga, yang akan kembali sakit saat disentuh.

INGAT! kedamaian dalam diri hanya bisa didapat ketika kita menerima semua kejadian buruk dan berada di titik terendah. Semua emosi ini sungguh dapat menjadi kekuatan terbesar kita untuk hidup. Motivasi, sekaligus penguatan.

Ingat lagu, what doesn't kills you, makes you stronger? Ini benar, folks.

Percaya aja, masalah yang ada sekarang adalah bagian dari hidup kita. Bagian yang terbaik, yang membuat kita HIDUP. Bukan sekedar hidup, tapi sungguh HIDUP. Naik turunnya kehidupan, banyaknya masalah, hidup yang sulit, semua adalah bagian dari hidup. Tanpa ini semua, tidak ada yang namanya "berbaikan", "senyum kemenangan", "salam memaafkan", "senyum kasih". Banyak hal positif yang bisa di dapat dari masalah, folks.

Soo. Jangan takut untuk berhenti dan berpikir. Mungkin, ada yang berpikir, saya asal tulis saja. Tapi sejujurnya, saya tidak asal tulis, siapa sih, yang belum pernah merasakan masalah? :) Saya juga pernah kok. Kesakitan dan kebingungan. Tangis dan geram. Pernah kok. Tapi saya bisa mengatasinya, just stop and think. 

Ini penting banget menurut saya. Berguna karena ga banyak orang yang bisa melakukan pengolahan emosi, tapi Anda pasti bisa, kan? :)

Good night, Nice sleep, Stay positive. 
@AngelaKarenS

No comments:

Post a Comment